Amanah
Pendahuluan Topik ini
telah bnyak sekali diangkat dan di bahas orang,karena ”amanah”slah satu dari sifat-sifat wajib bagi Rasul. Mengangkatnya
kembali merupakan referensi, atau sebagai informasi cadangan dari pada sekian
banyak informasi yang telah pernah dikemukakan. Di lain pihak istilah “amanah “
sering digunakan dalam arti sempit oleh sebagian masyarakat. Sehingga,
pengertian yang sempit ini dapat berkembang dan kadang-kadang tembus ke dalam
masyarakat intelektual,baik secara sadar maupun dalam keadaan acuh. Oleh karena
itu,dirasa perlu mengemukakannya kembali,dengan harapan dapat memenuhi maksud
dari istilah ini,baik secara sempit maupun dalam arti luas,berikut dengan
ulasan yang relevan dengan pengertian-nya yang benar dan konkrit.
PENGERTIANNYA Dalam tulisan singkat ini,akan dicoba mengemukkan pengertian
amanah secara lengkap,yakni menurut arti sempit dan juga menurut arti luas, yaitu
sebagai berikut:
1.menurut Kamus Umum bahasa
indonesia:amanah = amanat: 1.barang sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada
orang lain.
-.pesan;perintah(dari
atasan);keterangan(dari pemerintah);wejengan (dari orang yang terkemuka).
-. keamanan;ketentraman.
- setia
2 .Menurut Al-Munjid: (segala yang
difardhukan allah atas hambanya)
3.menurut Drs.Moh.Riva’i: Amanah, artinya
dipercayai jujur dalam segala hal.tidak pernah menyia-nyiakan amanah ,dan
selalu menepati janji.
4.menurut Dr.Ahmada Muhammad Al-Hufy:
Amanah dalam arti
yang khusus, ialah pengembalian seseorang akan harta benda atau lainnya kepada
orang yang menitipkan kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena itu dia
harus memelihara barang titipan tersebut dan bertanggung jawab terhadap barang
itu serta tidak berhak bertindak terhadap barang itu, dan jka orang yang
menitipkan barang itu meminta kembalu barangnya maka ia harus segera
mengemblikannya.
Amanah, dalam arti
yang umum adalah menyembunyikan rahasia, ikhlas dalam member kan nasehat kepada
orang yang memintanya, dan benar-benar menyampaikan sesuatu yang ditugaskan
untuk menyampaikannya. Dari beberapa pengertian dan definisi yang diutamakn
diatas, terlihat nuansa makna dan pengertian dari sitilah, kata amanah
tersebut. Barangkali sekaliannya dapat diterima, tetapi dalam kondisi dan
situasi berbeda. Oleh karena itu telah banyak digunakan dalam bahasa Indonesia,
maka pengertiannya pun berbeda-beda pula, dan kata itu telah larut di dalamnya.
Kita ingin mengenalkannya kepada pengertian semula, meskipun tidak luput
daripada uansa dan keberagaman posisinya.
Dan dibawah ini akan
diutarakan secara ringkas segi-segi tinjauannya. AMANAH DI DALAM AL-QUR’AN Di dalam Al-Qur’an, kata-kata amanah ini
tersebut beberapa kali di beberapa tempat, yaitu di didalam ayat-ayat di
bawah ini: 1.Surat Al-Ahzab ayat 72: Artinya: Sesungguhnya kami telah memikulkan
amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanah itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanah itu oleh manusia. Sesungguh-nya manusia itu sangat dhalim dan amat
bodoh. Yang dimaksud dengan amanah di sini, ialah keagamaan Dalam menafsirkan
ayat ini Ahmad Mustafa Al-maragy berkata: “Dan, amanah adalah sekalian
yang diamanahkna kepada manusia, baik dalam bentuk amar(perintah) maupun dalam bentuk nahyi(larangan) yang
menyangkut dengan urusan agama dan dunia.
Dan yang dimaksudkan disin adalh taklif (pemberatan)
hukum agama. 2.Surat An-Nisa’ ayat 58 Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya; dan (menyuruh) kamu apabila menetapkan hukum dengan dalil.
Sesunguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesunguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat. `3.Surat Al-Anfat Ayat 27:
Artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang
dipercayakan kepadamu,sedangkan kamu mengetahui. 4.Surat Al-Mu’minun Ayat 8:
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan
janjinya. 5.Surat Al-Ma’arrij ayat 32: Artinya: Dan orang-orang yang memelihara
amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. Dalam Surat Al-Mu’minum
dan Surat Al-Ma’arij menunjukan bahwa yang memelihara amanah dan janjinya itu
akan mendapatkan kemenangan, karena di awal Surat masing-masing dinyatakan
bahwa orang-orang yang memenuhi beberapa syarat, antara lain mampu memelihara
janjinya.
AMANAH DI
DALAM HADITS NABI Banyak hadits Rasullullah S.A.W yang menerangkan
tentang amanah. Di sini diangkat
beberapa hadits saja, yaitu sebagai berikut :
1.
Artinya: Ada tiga
tanda-tanda orang munafiq¸yaitu: apabila berbicara ia berdusta, apabila
berjanji ia mungkir, dan apabila dipercaya orang ia khianat.
2.
Artinya: Tunaikan amanah kepada orang yang
member amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang berkhianat
kepadamu.
KLAFIKASI AMANAH dari maksud ayat-ayat
suci Al-Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa pengertian amanah itu tidak
terbatas pada arti khusus. Akan tetapi, mengharuskan kita untuk memahaminy
dalam arti yang lebih umum, yakni dalam arti yang luas dan tidak bertumpu pada
titipan orang lain, baik uang maupun barang. Namun, amanah sesungguhnya
mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, setiap gerak dan segenap tingkah
lakunya.
Andaikata diteliti dengan
cermat, maka nyatanya sekaliannya adalah amanah, manusia itu sendiri adalah
amanah, hartanya,anak-anak, adalah amanah juga. Dan pada dasarnya amanah itu
ada dua posisi vertical dan posisi horizontal. Posisi vertical, adalah dalam
hubungan manusia dengan Khaliknya. Yaitu ALLAH SWT, dan posisi horizontal
adalah hubungannya dengan sesame manusia. Dan berikut ini kita mencoba
menguraikannya secara ringkas.
1. Amanah Allah Ayat 72 Surat Al-Ahzab di
atas menjelaskan bahwa Allah telah memikul amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung. Namun semuanya tidak berani memikulnya. Sedangkan manusia pada
azalinya berani memikulnya, padahal amanah itu berat sekali. Sebab itu
benar-benar manusia itu adalah tugas agama, yakni melaksanakan perintah Allah
dan Rasul, serta meninggalkan larangan keduaNya. Di akui atau tidak jelasnya
orang-orang kafir selalu lebih banyak jumlahnya dari orang-orang yang beriman.
Orang-orang beriman yang pasti dan segera diberikan balasan syurga pun tidak
banyak pula. Orang-orang beriman yang terlambat masuk syurga konon lebih banyak
dari pada mereka yang segera dapat menghuninya; sebagaimana firman Allah:
Artinya: Mereka inilah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam
syurga-syurga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang
terdahulu; dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka yang
berhasil mengemban amanah Allah akan segera mendapat balasan yang baik, yakni
syurga. Sebaliknya, mereka yang tidak begitu berhasil mengmbannya, tidak dengan
segera mendapat balasan syurga. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak mau
menjunjung tinggi amanah allah tentu langsung kedalam nereka. Merkalah orang-
orang yang dhalim lagi bodoh. Merekalah yang pada azalinya telah memikul beban
amanah, akan tetapi tidakmau mengembannya sama sekali. Adapun amanah Allah
dalam batas umum dalah memelihara diri sendiri dan ahli keluarganya daripada
azab neraka. Hal ini tersebut dalam firman Allah
SWT: Artinya: Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yag keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
2. Amanah nabi Setelah membicarakan amanah
Allah, tentu saja berikutnya adalh amanah Nabi, namaun melaksanakan amanah
Allah berarti juga harus melaksanakan amanah Nabi Muhammad SAW, karena termasuk ke dalam amanah Allah mentaati Nabi;
sebagaimana firman Allah SWT. Yang
artinya sebagai berikut , Artinya: Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul(Nya), dan Ulil Amri dintara kamu… Demikian pula maksud
firman Allah SWT. dalam Surat An-Najm ayat: 3-4: Artinya:
kawanmu(Muhammad) tidak mengucapkan menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan nya
itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) Para Muhdditsin
(Ulama Hadits) berpendapat bahwa ayat tersebut bukan hanya ucapan Nabi Muhammad S.A.W dalam bentuk Al-Qur’an. Mereka, menginteroretasikan (menafsirkan)nya
lebih jauh lagi. Segala ucapan Nabi Muhammad S.A.W adalah juga Wahyu, baik
dalam kondisi normal maupun ketika beliau sedang marah.
Dengan demikian mentaati Rasul
(Muhammad) adalah bagian dari pada mentaati Allah, Karena Muhammad itu
Rasul Allah yang tidak menuturkan sesuatu melainkan berdasarkan
wahyulmatlu(Al-Qur’an), ataupun
wahyu ghairul matlu (Al-hadits).
Pengertian taqwa, menjadi lengkap dngan mentaati Rasul, disamping mentaati Allah,
yang dirumuskan dalam suatu kalimat (definisi):”Melaksanakan perintah Allah dan
RasulNya, serta meninggalkan / menjauhkan larangan Allah dan RasulNya”.
3. Amanah
Sesama Manusia Pada prinsipnya, amanah sesama manusia juga tidak terlepas dari
pada amanah Allah dan Rasulnya, karena amanah sesama manusia itu juga dilakuka
berdasarkan amanah Allah dan Rasulnya. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah yang
dikemukakan di atas adalah menjadi dasar perintah bagi manusia untuk mengemban
amanah kepada Allah, kepada RasulNya, dan kepada sesama manusia.
Namun demikian, dalam hal hubungan sesamanya manusia secara formal berhubungan
langsung. Mampu atau tidaknya mengemban amanah sesamanya konsekuensi jelas
sendiri. Oleh karena itu, merusakkan amanah sesama manusia resikonya lebih
berat lagi, karena seseorang akan berhadapan langsung sesama manusia dan harus
mmpertanggung jawab kepadanya, di samping harus dipertanggung jawab kepada Allah dan RasulNya. Seseorang yang berkhianat terhadap suatu titipan,
umpamanya; Ia harus berhadapan dengan penitipnya dengan segala konsekwensi dan
risikonya. Di akhirat kelak, dia harus berhadapan dengan Allah untuk
mempertanggungjawabkannya, karena di saat-saat ia berkhianat itu telah
mengabaikan hukumNya. Barangkali inilah sebabnya, sebagian orang cenderung
memahami pengertian amanah itu hanya berkisar di antar sesame manusia saja. Dan
pengertian Hadits diatas “
Tunaikan amanah kepada orang yang diamanahkan.” Secara definisit adalah
ditujukan untuk sesama manusia, meskipun inflisitnya lebih luas dari itu.
MENGEMBAM
AMANAH Mengingat
amanah suatu hal yang sangat penting, maka harus dipelihara dengan baik sekali.
Untuk itu dibutuhkan loyalitas, selektifitas, dan efektitas baik subjektif
mupun objektik, yakni orang yng memelihara amanah dan objek amanah sebagaimana
riwayat di bawah ini:
1 . pada suatu hari Abu Zaar Al-Anshary
datang menjumpai Nabi SAW. memohon agar beliau memperkerjakannya sebagai hakim (Qadly),
tanpa melakukn intropeksi lebih dahulu, apakah mampu mengembannya atau tidak.
Rasulullah SAW. menjawab dengan nada nasehat yang diplomatif, tetapi pasti
tegas. Hal itu tersebut di dalam Hadits di bawah ini:
Artinya : (Hadits) dari Abi Zaar Al-Anshary, ia berkata “Aku
berkata, ya Rasulullah, Tidakkah anda mempekerjakan aku?” ia berkata, lalu
Rasulullah menepuk di bahuku. Kemudian beliau bersabda: “ Hai Abu Zaar, engkau ini lemah, sesungguhnya (pekerjaan itu) amanah,
sesungguhnya ia di hari kiamat nanti akan menjadi malapetaka dan penyesalan.
Kecuali bagi orang yang layak
menerimanya. Dan menunaikannya terhadap orang yang wajib tunaikan kepadanya.”
Dalam meneliti hal ihwal(perilaku) perawi
hadits, para ulama (Ahli) hadits sering menayakan secara gamblang si
Polan”adil, si Polan dha’if, si Polan pendusta, dan lain sebagainya. Perkataan
jelek semacam itu bila dikatakan di belakabg orang yang bersangkutan, dapat
berarti mengupat. Dan Imam Ahmad bin Hanbal seringkali berbuat demikian,
sehingga beliau juga dituduh orang telah mengupat para ulama, sebagaimana
riwayat dibawah ini:
Artinya:
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: Abu
turab An Nakhsyaby datang kepada ayahku, sehingga ayahku harus berkata: Si
polan dha’if, Abu turab berkata: Hai Guru
(Syekh), jangan engkau mengupat para ulama . Ayahku melotot kepadanya dan
berkata: “Enyahlah kamu (Celaka kamu),”…
Ini nasehat, bukanlah upat. Tujuan
semua ulama untuk semua ini adalah menjelaskan yang benar, dengan penuh rasa
amanah dan ihklas. Mereka malah
memandang amanah dalam urusan emas dan perak lebih enteng daripada amanah
tentang Hadist.
Bersambung .
. . . . . .
0 Response to "Amanah"
Post a Comment